Wednesday 17 June 2020

ALASAN PAKET TIDAK BERGERAK DAN TIDAK UPDATE DI RESI JASA PENGIRIMAN

Paket tidak bergerak ini pasti kejadian yang setidaknya pernah dialami oleh orang-orang pengguna jasa ekspedisi. Sumpah setengah mati kita si penerima paket dibuat pusing tujuh keliling, kita tanya sana sini pun tidak ada kejelasan dimana dan sedang diapakan kita punya paket itu. Pengirim dan penerima paket sudah kejar ke kantor pengiriman hanya dijawab paket sedang di jalan. Tanya CS ekspedisi pun sama saja, sudah nunggu antrian lama, pas giliran telpon kita direspon, jawabannya pun tidak memuaskan.

Ceritanya saya punya paket pake jne dikirim dari batam ke denpasar lamanya hampir 2 minggu baru sampai, lalu ada paket dari jakarta ke denpasar sudah 5 hari paket masih macet di jakarta, lalu ada dari surabaya-denpasar yang biasanya hari ke-4 sudah sampe di tangan saya malah masih ngendon aja di surabaya. Semuanya saya pake jasa JNE ya, baik yang JNE reguler, maupun JNE JTR Cargo.

Kali ini saya mau membahas yang JNE JTR Cargo saya yang macet di Surabaya. Padahal kan Surabaya itu gate pengiriman dari jawa ke Indonesia Tengah dan Timur. Tapi setelah saya ulang pemesanan saya, akhirnya saya menemukan polanya.

Saya beli barang sekian kilo dengan cargo JNE pengiriman dari Surabaya tanggal 10 Juni. Resi baru terdeteksi tanggal 11 Juni, 12 Juni di sorting center Surabaya dan hari berganti tidak bergerak sampe 4 hari tu barang ngendon disana. Baru tanggal 16 Juni resi diupdate lagi kalau barang lagi keluar dari sorting center Surabaya menuju Denpasar. Tanggal 17 Juni baru dikirim ke saya. 
Jadi proses pembelian barang yang biasanya cuma butuh 4-5 hari ini membutuhkan waktu total 8 hari. Untuk teman-teman yang butuh barangnya untuk dijual kembali pasti rasanya awesss embuohh, cemut-cemut. Karena modal ga gede, pengen buru-buru diputar, malah terkendala di jasa pengiriman yang lama. Padahal supplier dan konsumen kita udah ok banget kerjasamanya. 

Kembali lagi, setelah saya bandingkan kenapa bisa cepat hanya 4 hari, kenapa bisa lama sampai seminggu. Saya dapatkan kesimpulan kalau paket cargo itu dikirimkan dari surabaya ke denpasar setiap hari Selasa dan sampe di denpasar hari Rabu. Jadi, kalau saya tidak mau menunggu sampe jenggotan dan jamuran lagi, saya pesan di supplier hari minggu, biar senin diantar ke kantor pengiriman, selasa berangkat, rabu sampe denpasar,dan terserah pihak denpasar mau dikirim hari rabu/kamis ke saya.

Well, memang sih Cargo tidak jalan seperti reguler. Pengiriman cargo bisa memakan waktu 3-7 hari. Tapi kalau bisa dapat yang lebih cepat why not?

Jadi, itu sekilas pengalaman saya. Kalau yang dari Tangerang, Jakarta, Batam, ga tau deh saya haha. Stress kali kalau supply  chain ngadat gini. Ya mau gimana lagi, hari-hari normal saja molor apalagi sejak pandemi Covid19 ini. 

Semoga penyedia layanan ekspedisi dapat berbenah menjadi lebih baik lagi, kalau ga mau berbenah, semoga ada jasa ekspedisi baru yang lebih yahud dengan harga bersaing hehe. Kan kasihan CS yang ditelpon cuma buat dimarahin sama konsumen dari seluruh penjuru Indonesia. Dia lho gajinya cuma dikit tapi jadi tempat pelampiasan, sedangkan CEO, direktur dan managernya yang emang orang-orang yang berwenang ambil kebijakan tetep gajinya guede, ga dimarahin, kok layanan makin zong. Kerja kerja kerja pak bu, kalau gitu terus, ada waktunya perusahaan anda collapse,entah diterjang perusahaan pesaing lama atau baru yang berbenah memberi pelayanan maksimal.



Saturday 6 June 2020

ALASAN HOTEL TIDAK MENYEDIAKAN DISPENSER UNTUK TAMU

Mengapa ya hotel kok tidak menyediakan dispenser isi ulang? Selama saya inspeksi hotel satu-satu, sangat jarang sekali lihat dispenser. Seingat saya mercure sanur yang menyediakan dispenser + galon di dalam kamar, tapi hanya khusus kategori eksekutif, yang pasti budgetnya sudah dihitung sama staff hotel biar tidak merugi.

PhotoDokumenpribadi

Loh kalau dikasih dispenser bukannya malah hemat ya? Iya hemat buat tamunya, bukan hotelnya hehe. Memang sih, kalau air mineral botolan, hotel harus sediakan 4 botol/hari (2 di meja + 2 di toilet). Tapi kan revenue hotel tidak hanya dari jualan kamar. Ada mini bar/ kulkas yang isinya bir, minuman bersoda, dll yang mark up harganya pun berkali lipat kalau kita bandingkan dengan minimarket. Ada lagi restaurant hotel, beach club, atau club-club lain punya hotel yang mendulang untung juga.

Kali aja awalnya tamunya ke resto cuma karena tenggorokan kering dan seret, di kamar sudah habis kuota airnya. Eh dia lihat menu lain di resto, akhirnya beli. Resto hotel itu ada pajak + servicenya. Jadi, ya itung-itung nambah pendapatan negara dan kantong anak hotelier.

Selain itu, meskipun daya listrik dispenser sebelas dua belas dengan ketel listrik tapi dia dicolok terus dan ukurannya pun besar, menuh-menuhin kamar aja hehe. Dispenser di mercure itu pun dispenser mini klasik dan galonnya pun galon mini cleo yang kita tahu sendiri kualitas rasanya.

Kamar hotel kategori paling bawah (superior), biasanya 36 sqm, tapi banyak hotel yang kamarnya kecil-kecil, cuma 22–30 sqm doang. Pun meskipun kamarnya ukuran standar rata-rata, interior kamar juga beda-beda ukurannya dan dispenser yang besar akan mengurangi space. Beda dengan ketel listrik yang mini bisa ditaruh di atas meja.

Perawatan dispenser juga membersihkannya agak repot lihat dalemnya. Lalu, tamu kan ada yang short stay dan long stay. Hal tersebut juga berpengaruh dengan perhitungan budget. Kuota air per tamu berapa galon per length stay? Kalau masih sisa isi ulangnya bagaimana? Masa tamu selanjutnya dikasih sisaan padahal dia bayar harga yang sama? Dan lain-lain.

Kalau mengenai dispenser air minum di publik area hotel, kembali lagi ke alasan pertama biar restonya laku hehe. Bussines is bussines.

Begitu ya, hanya berdasarkan apa yang saya alami dan pikirkan. Jika ada hal yang kurang tepat, mohon maaf lahir batin dan boleh dikoreksi.Tidak menutup kemungkinan ada hotel lain yang memang menyediakan dispenser atau dikemudian hari hotel-hotel lain akan melakukan hal yang sama.

Lupa ilustrasi yang di bawah ini puri santrian atau griya santrian.