Saturday 6 October 2018

ANALISIS WACANA KRITIS NORMAN FAIRCLOUGH

Oh ya, karena aku ganti teori, jadi teori yang lama yang sudah bergulat denganku berbulan-bulan tidak terpakai. Padahal sudah buat seminar, revisi berkali-kali dan sidang. Tapi tidak apa-apa, aku upload disini saja biar jadi bahan bacaan yang lain-lain kalau pembahasannya mengenai analisis wacana pake teori Norman Fairclough. Jadinya kan masih ada manfaatnya wehehehe. Sebenarnya aku juga ada beberapa ebooknya dalam bentuk pdf, sumpita aku lupa link downloadnya waktu itu tapi pdfnya masih. Kalau mau, silahkan tinggalkan email aja. Ebook dalam bentuk pdfnya ada beberapa judul ini:
1. Fairclough- Language and power
2. Fairclough- Critical Dyscours Analysis
3. Fairclough- Discours and Social Change
4. Fairclough- Media Discourse
Untuk semua yang sedang berkutat dengan laporan akhir, tetapsemangat yah, sesungguhnya dalam setiap kesulitan bersama kemudahan. Fighting!
Berikut ini teori Fairclough singkat yang aku pahami:

ANALISIS WACANA KRITIS
 Pandangan wacana kritis curiga akan ketidaknetralan bahasa yang digunakan untuk praktik kekuasaan. Analisis wacana kritis berperan dalam mengkritisi dan memberikan kesadaran kepada khalayak mengenai hal-hal yang berhubungan dengan ketimpangan sosial, dominasi kekuasaan, ideologi yang direproduksi dan lain sebagainya. Van Djik (Darma:2009:54) menekankan bahwa dalam AWK tidak ada kesatuan kerangka teoretis atau metodologi tertentu untuk menganalisis, tapi keterampilan dan pemusatan pikiran yang dilatari ilmu pengetahuan dan nalar lebih berperan. Maka teori dari ahli digunakan agar dalam menganalisis menjadi lebih ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam analisis pada penelitian ini digunakan teori dari Norman Fairclough.  Ia adalah salah satu tokoh aliran wacana dengan pandangan kritis. Ia memandang  akan hubungan bahasa dan praktik sosio cultural, yang ia kemukakan pada bukunya yang berjudul Critical Discourse Analysis: The Critical Study of Language sebagai berikut.
Fairclough (1995a:7) berpendapat:
“ My view is that ‘discourse’ is use of language seen as a form of social practice, and discourse analysis is analysis of how texts work within sociocultural practice.”
"Pandangan saya bahwasanya 'wacana' adalah penggunaan bahasa yang dipandang sebagai bentuk praktik sosial, dan analisis wacana adalah analisis tentang bagaimana teks bekerja dalam praktik sosiokultural." Terdapat hubungan yang saling berkaitan antara penggunaan bahasa dengan praktik atau kegiatan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Namun, seringkali masyarakat tidak menyadari bahwa terdapat dominasi dari seseorang melalui bahasa yang digunakan dalam melangsungkan praktik sosial. Oleh karena itu, tujuan praktis dari analisis wacana kritis Fairclough adalah untuk memberikan kesadaran atas hubungan bahasa dengan ketimpangan kekuasaan. Seperti yang dikatakan Fairclough (1989:1) berikut ini:
“The second is more practical: to help increase consciousness of how language contributes to the domination of some people by others, because consciousness is the first step towards emancipation.”
“Yang kedua lebih bersifat praktis: untuk meningkatkan kesadaran akan bagaimana bahasa berkontribusi dalam dominasi seseorang oleh orang lainnya, karena kesadaran adalah langkah awal menuju emansipasi.”
Proses dominasi dan didominasi tersebut dapat menjadi hal yang dianggap biasa atau umum di masyarakat melalui campur tangan kekuasaan yang berwujud ideologi dalam balutan bahasa. Orang-orang berinteraksi melalui bahasa dan melegitimasi pihak lain melalui praktik sosial yang terjadi berulang-ulang. Di sisi lain, terdapat upaya tarik ulur kekuasaan dan negosiasi pada struktur sosial. Kelompok dominan yang memperteguh basis kekuasaannya, ataupun kelompok oposisi yang mencoba untuk menggoyang basis kuasa tersebut, sehingga muncullah pertarungan ideologi. Kelompok-kelompok tertentu saling mengajukan ideologinya untuk berebut mempengaruhi publik. Hal tersebutlah yang akhirnya menciptakan ketimpangan yang direproduksi dalam struktur sosial. Namun, untuk menganalisis sebuah wacana yang berhubungan dengan praktik sosial, tataran bahasa pada teks, baik oral maupun tertulis tidaklah cukup. Fairclough menawarkan cara analisis dengan mengkaji  pada 3 tataran dimensi, yaitu teks, discourse practice dan sosciocultural practice. Ketiganya dijelaskan lebih lanjut di bawah ini.
1.      Teks
Teks secara tradisional dimaknai sebagai bahasa tertulis, namun secara lebih luas ucapan oral juga merupakan teks. Seiring waktu teks menjadi multisemiotik dengan adanya penggabungan seperti text oral yang berupa bahasa dengan music, gambar visual dan efek suara seperti di TV. Atau teks berupa tulisan yang digabungkan dengan gambar, diagram maupun desain grafis(Fairclough:1995a:4).
Menurut Fairclough (1989) pada tataran teks bahasa dapat dianalisis melalui kosakata, gramatikal dan struktur teks, ketiganya dijelaskan di bawah ini:
a.       Kosakata
Dalam melihat teks pada tataran kosakata, Fairclough mengajukan pertanyaan untuk membantu peneliti dalam membedah teks, pertanyaan tersebut masing-masing dibagi dalam 3 nilai, yakni, nilai pengalaman, relasional dan ekspresif. Pertanyaa keempat di luar nilai yaitu mengenai metafora. Nilai pengalaman, meliputi: pola klasifikasi, kata-kata ideologis, proses leksikal, relasi makna (sinonim, antonym, hiponim). Nilai relasional mencangkup ekspresi eufemistik (kata-kata umum yang digunakan untuk menghindari penilaian negatif) dan pilihan kata yang digunakan, apakah formal atau informal. Nilai ekspresif mengacu pada subjek dan identitas sosial. Kemudian yang terakhir adalah metafora yang mungkin digunakan untuk menggambarkan subjek, situasi, dan lain sebagainya.
b.      Gramatikal
Pada tataran gramatikal diajukan 4 pertanyaan untuk diteliti. Untuk nilai pengalaman, diantaranya mengenai : jenis proses dan partisipan yang mendominasi, apakah agen dikaburkan, proses apa yang ditampakkan, apakah nominalisasi digunakan, kalimat apa yang dipakai : aktif, pasif, positif atau negatif. Pada nilai relasional, pertanyaannya yaitu : bagaimana modus kalimat yang dipakai, apakah ada modalitas relational, Bagaimana pronomina kita dan kamu digunakan dalam kalimat. Pada nilai ekspresif menyoroti apakah modalitas ekspresif digunakan atau tidak. Pertanyaan keempat adalah melihat bagaimana antarkalimat dihubungkan dengan melihat kata penghubung yang dipakai, kalimat kompleks ditandai dengan koordinat atau subordinat, cara apa yang digunakan untuk merujuk ke dalam dan keluar teks.
c.       Struktur Tekstual
Hanya ada dua pertanyaan yang diajukan Fairclough, yaitu : bagaimana interaksinya, apakah ada salah satu partisipan yang mengontrol giliran dari partisipan lainnya, bagaimana struktur teks secara luas.
2.      Praktik Wacana (Discourse Practice)
Praktik wacana digambarkan sebagai proses produksi, distribusi dan konsumsi teks.(Fairclough:1995a: 23) Sebelum sampai ke publik, sebuah teks dibuat melalui campur tangan pihak tertentu dengan dimasukkan ideologi, norma, nilai yang dianut ataupun hal-hal yang ingin disebarkan oleh si pembuat menggunakan perantara bahasa dan mempertimbangkan hubungan pembuat teks wacana dan kepentingannya. Sebuah teks diproduksi secara spesifik berdasarkan konteks yang spesifik pula. Teks dikonsumsi berbeda pada konteks yang berbeda. Pada tahap konsumsi, seperti halnya produksi, teks dibuat secara individu maupun kolektif. Distribusi teks juga beragam, ada yang simple ada pula yang kompleks dan butuh antisipasi akan publik yang mengkonsumsinya(Fairclough:1992:79).
Discourse practice digunakan sebagai media perantara antara teks dan praktik sosiokultural. Seperti pendapat Fairclough (1995b:59-60) berikut ini:
“I see discourse practice as mediating between the textual and the social and cultural, between text and sociocultural practice, in the sense that the link between the sociocultural and the textual is an indirect one, made by way of discourse practice [...] i.e the ways in which texts are produced and consumed, which is realized in features of text.”
”Saya melihat praktik wacana sebagai media antara tekstual dan social dan kultur, antara teks dan praktik sosikultural, dalam artian bahwa hubungan antara sosiokultural dan tekstual adalah sesuatu yang tidak langsung, tapi dibuat dengan cara praktik wacana [...] yaitu cara teks diproduksi dan dikonsumsi, yang diwujudkan dalam bentuk teks.”
3.      Praktik Sosiokultural (sosciocultural practice)
Praktis sosiokultural adalah tahapan akhir dari analisis 3 dimensi yang ditawarkan Fairclough. Pada tataran ini praktik sosiokultural digunakan sebagai tahap eksplanasi. Fairclough (1989:63) menjelaskan lebih lanjut mengenai tujuan dari tahap eksplanasi:
“The objective of the stage of explanation is to potray a discourse as part of a social process, as a social practice, showing how it is determined by social structures[…]”
“Tujuan dari tahap penjelasan adalah untuk menggambarkan wacana sebagai bagian dari proses sosial, sebagai praktik sosial, yang menunjukkan bagaimana hal itu ditentukan oleh struktur sosial […]”
            Pada tahap tersebut, konteks sosial berpengaruh pada bagaimana sebuah wacana ditampilkan dan memberi andil pada bagaimana teks diproduksi dan dipahami. Terdapat 3 level social determinant yakni, situasional, institusional dan societal untuk melihat bagaimana relasi kuasa dalam pembentukan wacana.   Tahap eksplanasi melibatkan perspektif yang dipandang sebagai ideologi pada tahap interpretasi. Hal tersebut untuk menggambarkan efek dari wacana pada pergulatan sosial, apakah sebuah wacana berkontribusi untuk melanggengkan kekuasaan atau mendekontruksinya dengan perubahan (Fairclough:1989:166). Dengan demikian dapat menunjukkan bagaimana praktik sosiokultural, mengenai hal-hal berhubungan dengan sosial yang terjadi disekitar kita tidaklah terjadi secara kebetulan melainkan itu adalah hasil dari struktur sosial yang sarat akan kekuasaan.


Daftar Pustaka:

Darma, Yoce Aliah. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya.
Fairclough, Norman. 1989. Language and Power. London: Longman.
Fairclough, Norman. 1992. Discourse and Social Change. Cambridge: Polity Press.
Fairclough, Norman.1995a. Critical Discours Analysis: The Critical Study of Language.
New York:Longman.
Fairclough, Norman. 1995b.Media Discourse. New York: Edward Arnold.

No comments:

Post a Comment