Hi, long time no write ye. Blog mulai terbengkalai, padahal aku pengennya tuh minimal tiap bulan setor tulisan. Sebenarnya banyak hal yang pengen kuceritakan, tapi karena terkendala waktu, jadinya yahh ga sempet. Ceritanya aku dapat kerja di bali. Offering letter n kontrak sudah dikirim dari bulan januari, sebulan sebelum tanggal pertama masuk kerja. Posisiku masih kerja di Klaten, sampe pertengahan februari, seminggu sblm hari pertama masuk, aku sudah free dan mulai siapkan semua hal, mulai dari pajak motor,kargo buat kirim motor, ekspedisi paket, hingga tiket berangkat ke bali. Sebenarnya orangtua n keluarga semuanya menyuruhku untuk naik pesawat saja, karena lebih cepat dan ga capek, lagian juga awal februari tiket pesawat masih murah", bahkan aku nemu promo jogja-dps 300-an ribu. Apalagi klo terbang dari solo, bakalan lbh murah lagi. Keluarga jga hitung budget trabsport ke bali dialokasikan 500k-1juta. Tapi, aku keukeuh buat naik kereta aja. Alasanku kalo naik pesawat, ya aku cuma bkalan duduk n tetiba nyampe, klo naik kreta, pindah feri, naik bus, aku bakalan gain much experiences yg harganya tak ternilai hallaaahhh..
Tgl 18 Februari hari senin pagi aku mulai memesan tiket kereta api lewat bibli.com untuk kereta sri tanjung jurusan lempuyangan-banyuwangi baru yang akan berangkat hari kamis, 21 februari 2019 jam 7 pagi. Harganya 94.000 + convenience fee 7.500, jadi total yang harus aku bayarkan 101.500, waktu itu aku bayar di alfamart seberang galuh hotel prambanan.
Skip skip skip, tibalah hari h keberangkatan. Aku yg kecapekan karena sibuk urus ini itu hingga malam sebelumnya pun dengan malas dan deg"an mulai bangun jam 4 pagi, bersih" kamar kos dan ngepel lantai. Fyi kos aku di belakang candi prambanan. Sangat dekat dari stasiun prambanan, tpi stasiun ini untuk barang bukan penumpang. Jdi pagi jam 6 aku sdh siap cari gojek/grab, tpi tak satupun driver nyantol. Ada driver gojek nyantol tp posisi jauh. Aku sudah kalut takut ketinggalan kereta. Padahal tadinya biar mangkas budget seirit"nya, aku mau naik ojol smpe halte transjogja prambanan-turun di halte rs bethesda, n lanjut pake ojol ke stasiun lempuyangan. Tpi apa daya, ternyata di lapangan lain kejadiannya. Akhirnya aku pasrah, n 6.10 menit baru nyantol driver gojek yg akan membawaku ke stasiun lempuyangan. Beberapa menit kemudian barulah datang, aku sudah galau, gmna caranya ini sampe ke lempuyangan tepat waktu, padahal jam segitu adalah jam sibuk orang verangkat kerja n sekolah, jadilah jalanan macet. Jarak kosan ke stasiun lempuyangan lbh dari 30 menit. Sambil berdoa, akhirnya sampe stasiun, 3 menit sebelum jam 7, lgsung cepat kubayar 36.000 ke driver dan lari masuk stasiun. Untungnya komputer cetak boarding lengang. Cepat" aku print, dan lari ke petugas pengecekan, lariku tergopoh", kerena aku bawa 2 tas backpack besar di punggung n dadaku. Petugas check bilang, cepat, keretanya berangkat 2 menit lagi, ada dijalur 10, nyebrang kesana. Berlari dengan pikiran kalut, tanpa tau kereta yang mana, aku tanya lagi sama petugas di peron. Aku lari lewat sambungan gerbong dari kereta lain, dan naik ke sri tanjung. Tanya ke penumpang lain untuk memastikan. Lalu jalanlah aku dari satu gerbong ke gerbong lain, tepat jam 07.00 aku sudah sampe tempat dudukku. Aku letakkan barang" di bagian atas tempat duduk lain, soalnya aku duduknya dekat toilet jadi ga dapet tempat di atasku. Jam 07.03 kereta berangkat meninggalkan jogja. Melewati banyak stasiun, puluhan pokoknya, 14 jam perjalananku dimulai. Paling lama kereta berhenti di surabay, 1 jam, buat ganti kepala biar ganti arah ke banyuwangi (begitu sih yang aku tangkep dari info orang"). Akupun keluar dari kereta, bahkan keluar dari area dalam stasiun gubeng, biar bisa jajan di loco cafe. Perutku sudah lafar. Sampe loco cafe ditanyain kereta apa, dicek keberangkatan jamber, n mereka bilang cuma berani masakin menu nasi goreng surabaya buat aku. Ok. Sudah selesai kubayar beserta pajak 10%, jadilah 28.5k untuk seporsi nasgor yang ga enak" banget wkwkkwwk... Masuk lagi, nunjukin tiket, Lalu aku ke toilet stasiun, ganti penbalut n pipis, soale toilet kereta, dari luarnya aja udah pesing bangeutt.. Jadi mumpung turun wehee...
Aku naik lagi, kreta sri tanjung yg tujuan jogja udah melenggang duluan. Pas masuk gerbong n sampe ke tempat dudukku, aku bingung, karena kok jadi full dan penumpangnya beda semua hahha.. Kutunjukkan tiket ke petugas, yap katanya benar. Eh biskuitku jga masih ndongkrok di kursi. Lanjut lagi jalan menuju timur pulau jawa, sambil mkan nasgor. Sampe stasiun probolinggo, mulai nambah bule" pesona mapala yang naik sambil bawa backpack guede" 😂, klo dari omongannya si mreka speak french ye. Hari mulai gelap, tapi tak kunjung sampe juga.
20.50 WIB kereta sampai di banyuwangi baru, yang tinggal di gerbong cuma tinggal dikit si, makanya sebelumnya kita disuruh pindah ke gerbong selanjutnya sama petugas. Kereta berhenti, penumpang turun. Aku kliyengan berjalan kaki, sambil nanya arah pelabuhan ketapang sama petugas yang mau pulang. He advised me buat nginep semalam di bnayuwangi, dan nyebrang besok pagi saja setelah nunjukin arah pintu pelabuhan, soalnya dia kasian aku sendiri. Alu mampir beli air mineral di minimarket seberang stasiun. I said thank you, dan jalan 150 m. Sampe pintu masuk, aku sudah diberondong calo ditanyain mau kemana,banyak polisi berjaga, mreka bilang aman sama mereka. Tapi, what the fuck, namanya juga oknum polisi -_-, i really lost my trust here. Mereka ga ada bedanya sama calo! Setelah aku kasih tau tujuanku mau ke denpasar, n aku nanya ongkos biasanya berapa, salah satu ada yang keceplosan 60k, sedangkan yg lain 80k. Sadar keceplosan, dia langsung keki n mencoba mengkoreksi dengan cerita yang kerasa dibikin". Intinya kalau aku mau ke denpasar, aku harus bayar full tiket dari jember-denpasar, karena ga ada bis dari banyuwangi-denpasar. Aku cuma angguk" formalitas. Mulailah mereka berdebat lagi soal jabatan yang aku sendiri malas buat nguping. Lalu aku jalan" ke tempat pembelian tiket feri. Tapi baru sampe pintu masuk dicegat dua orang bapak" mereka ngotot ngasih saran buat naik bis jurusan denpasar saja. Aku cuma iya-iya. Jalan ke dalem, ada mas" chinese yang lagi beli tiket, kutanya tujuannya mana, dia bilang denpasar, katanya sampe sana pastilah ada bis, ga mungkin ga ada. Aku jadi semakin yakin buat nyebrang sendiri saja. Aku balik, ambil uang di atm, lalu ambil tas dari pos polisi.
Ketika beli tiket feri ternyata harganya jadi 37.000, kok bisa?? Bukannya 10k ga nyampe yak... Ternyata mulai agustus 2018 naik ferry bayarnya pake uang virtual atau emoney gitu deh. Jadi kita disuruh beli kartu yang providernya bank bri, bni, mandiri, dll dan bisa di top up kalau mau dipake. Aku akhirnya dengan berat hati milih brizz bri. Gilz aja tiket penyebrangan 7k doang, jdi 37k karna hrs beli tiket dulu, yang di top up 10k isinya. Lalu isi data diri, n masuk dengan tap kartu di mesin, kek kalau kita naik kereta di luar negri itu lho weheee...
Pelabuhannya bagus, bangunannya masih lumayan baru, tapi sayang wcnya pesing naudzubillah. Toilet mushola ga bisa dipake isinya malah kek perkakas tukang. Setelah istirahat di mushola, ada mas" yang nyaranin aku naik bis aja, karena kasihan lihat aku pontang panting dengan bawaan yang mungkin bisa jadi lebih dari setengah bobot tubuhku. Katanya kalau naik bis dari sini kan enak, nanti ga perlu pindah" lagi dari kapal. Aku tetiba berubah pikiran, karena aku udah capek setngah mati. Akhirnya aku iyain aja, dan istirahat di gazebo pelabuhan. Aku makan roti mari n minum tolak angin. Rasanya perutku sudah ga enak, apalagi angin laut jam 11 malam rasanya bikin badan ga karuan. Bus bus malam mulai berdatangan, mas mas tadi yang ternyata penjaja asongan menwarkan mau naik yang mana. Aku bilang saja kalau aku ga kuat AC, mau yang ekonomi saja. Lama dinanti tak kunjung datang. Akhirnya aku mulai berjalan ke port suka suka aku, memberikan kartu pada petugas, dan langsung jalan timik" menuju feri. Feri isinya udah mukai penuh dengan kendaraan. Aku susah juga otong" bawaanku melewati kendaraan" itu. Lalu aku naiktangga feri pelan". Sampai atas aku menuju ke bagian kanan, dekat dengan cafe. Kuletakkan bawaan, puter-puter isi kapal, nongkrong di jendela, ternyata ga kuat sama hawa dingin jam 00.00. Akhirnya aku tiduran di kursi, rasanya pusing juga goyang" terus. Anginnya kenceng, jendelanya sudah aku tutup sedikit beberapa. Mulailah tanda-tanda masuk angin, badanku melemah. Banyak orang di dalam ferry, kupikir aku bakalan dapat bnyak teman nanti cari bis di gilimanuk. Ohh ternyata mereka penumpamng travel. Kapal merapat ke darmaga dan mereka sudah pada naik mobil masing-masing. Aku jalan sendiri dari kapal ke pintu keluar pelabuhan, melewati gedung yang sepi. Cuma aku sendiri disambut welcime to bali ntuh wkwkwk... Gelap" bingung mau gimana. Jam juga baru setengah satu dini hari. Sampe pntu keluar, ada 2 orang bapak" yang nanya mau kemana, aku diam saja. Baru ketika ditanya pak polisi yang jaga, aku bilang mau ke denpasar. 2 orang bapak" itu pun menawarkan untuk ikut bisnya. Kutanya harga, mereka bilang 50k dan bisa turun di terminal ubung. Setelah meyakinkan bakalan turun di ubung bukan mengwi akhirnya sa ikut. Jalannya lumayan jauh, karena ternyata bis sudah menunggu untuk jalan dan ga stand by di pangkalan lagi. Kliahatannya ada bis" lain tapi masih kosong. Lalu sampailah aku ke bis yang dimaksud, bis kecil jurusan padang bay, sudah banyak orang didalam. Aku naik, dan jadi orang terakhir yang diangkut dari pelabuhan.
Bisnya bis ekonomi, jendela atas rada dibuka gitu, awalnya ok, lama-lama dingin banget, sebis cewenya dibanding sama jemari tangan kanannku msh banyak jemariku. Masuk wilayah pegunungan, di kabupaten buleleng, apa negara gtu lah, ga yakin, mulailah mual perutku. Apalagi muatan ditambah, dan penumpang yang baru masuk di suruh duduk di kursi yang sengaja diberikan di tengah" space bis. Jadilah sebaris kita duduk 5 orang. Aku kedesek diantara dua bapak" gendut yang baunya pake sabun pemutih dari philipine, ga tau kenapa nusuk banget pagi itu. Ya Allah, rasanya udah lemes n mual. Akhirnya kuminta plastik ke kenek bis. Muntah" tpi ga ada yang dimuntahin karena perut kosong. Akhirnya ku inisiatif, minum air putih buat mancing muntahan wkwkwk, soalnya klo dimuntahin kan jadi lega. Gilzzzz terbyataeskipun sdh 6 tahun berlalu, jalanan awal masuk bali yang berkelok" pegunungan ini masih jadi momok buatku. Dulu waktu kelas 2 SMA ke bali aku jga muntah" di jalur ini. Tau sndri kan gmna rasanya, badan kota kek ditabrak"in ke kanan kiri depan blakang, n dikit" ngerem busnya huhu. Mulai memasuki kabupaten buleleng yang agak ke kota n jalanan udah ga berkelok" lgi aku udah ga mabuk hahah, udah bisa tidur malahan. Pukul 05.00 wib aku dibngunin sama kenek, seperempat jam kemudian bis sudah sampe terminal ubung. Trus aku turun, jalan ke seberang terminal, n nunggu jemputan saudara di depan alfamart. Sungguh perjalanan 3.5 jam yang melelahkan wkwkkw.... Kalau dibandingkan naik kreta or ferry, naik bis ini yang paling menyiksa wkwk. Mungkin kalau kamu bukan tipe mabuk.an kek aku, no big matter ye naik bus di medan apapun weheee.. Oh ya jam aku itu masih wib ya, aku blm set otomatis ke wita soalnya.
Yahayyyy akhirnya sampe juga aku di rumah saudara. Masih kliyengan lemes mabuk. Tapi setngah jam kmudian buat jalan" puter" hirup udara segar juga udah balik fit lagi. :))
Baiklah mari kita total pengeluaran transport jog-dps per februari 2019:
Gojek prambanan-lempuyangan: 36.000
Tiket kereta sri tanjung lempuyangan-banyuwangi baru+inconvenience fee: 101.500
Tiket ferry+kartu emoney brizz: 37.000
Bus gilimanuk-padang bay: 50.000
TOTAL= 224.500
Masih dibawah tiket naik bis ye hehe.. Tapi kalau sama makan di loco cafe ya lebih dikit lah budgetnya. Jadi kalau mau hemat lagi, bisa bwa bekal sebelum naik kereta.
Sekian cerita dari akuhh... Semoga membantu memberi pencerahan...Xoxo ^^